Campaign on Drafts
Pendidikan, kesehatan dan ekonomi merupakan masalah klasik di kawasan pedalaman. Program peningkatan elektrifikasi merupakan salah satu strategi mempercepat pembangunan di pedalaman. Masalahnya, membangun jaringan listrik di pedalaman bukan perkara mudah. Secara bisnis, program ini tidak menguntungkan. Hitung-hitungan ekonominya tidak masuk. Kecuali: Melalui program sosial. Secara teknis lebih sulit lagi. Keterbatasan sarana dan prasarana jalan raya serta moda transportasi merupakan sumber masalahnya.
Apa solusinya? Penyediaan sumber energi listrik mandiri adalah solusi termudah. Perangkat penghasil daya listrik itu bisa menggunakan sumber energi terbarukan yang tersedia di pedalaman seperti: Aliran air di pegunungan dan sinar matahari yang tak pernah habis. Gabungan genset tenaga air dan tenaga surya bisa melistriki masjid, gereja, sekolah, puskesmas dan rumah penduduk sekaligus. Bergantung pada output daya yang dihasilkan. Dengan ketersediaan sumber energi mandiri, banyak program lain yang bisa dilakukan sebagai lanjutan. Tidak hanya untuk sumber penerangan, listrik mandiri tersebut juga bisa untuk menghidupkan perangkat internet.
Pada tahun 2017 – 2019, Lazismu telah melakukan program elektrifikasi ribuan rumah penduduk di pedalaman di Nusa Tenggara Timur dan Maluku sebagai proyek ujicoba. Program ini menarik perhatian banyak pihak karena meningkatkan prestasi pendidikan siswa dan ekonomi keluarga di pedalaman. Sebelum program berjalan, penduduk yang umumnya petani hanya bisa bekerja di ladang sampai tengah hari. Sebelum matahari terbenam, mereka sudah harus tiba di rumah. Jam kerja di ladang menjadi lebih panjang. Biaya produksi menjadi lebih efisien. Siswa sekolah bisa belajar pada malam hari. Penghasilan penduduk pedalaman meningkat karena bisa bekerja memproses hasil panen pada malam hari. Masjid bisa menyelenggarakan salat berjamaah lima waktu. Penduduk bisa melaksanakan kegiatan buka puasa bersama.
Begitu pun anak-anak sekolah. Mereka hanya bisa belajar sepulang sekolah sampai sore. Setelah magrib, semua rumah gelap gulita. Tidak ada lampu penerangan. Pengurus masjid juga tidak bisa melaksanaan salat wajib berjamaah lima waktu. Salat berjamaah hanya bisa dilaksanakan pada waktu dzuhur dan ashar. Selebihnya dilaksanakan penduduk di rumahnya masing-masing. Setelah program elektrifikasi, terjadi perubahan menarik di daerah pedalaman tersebut. Mengutip laporan yang diterbitkan Lazismu, instalasi panel surya pada rumah-rumah penduduk di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) itu berdampak positif pada beberapa hal:
Menanti doa-doa orang baik